Kamis, 02 Oktober 2014

28 Oktober Kala Itu dan Kini

Di Indonesia tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Semangat para pemuda zaman itu untuk menunjukkan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.  Bangsa yang kala itu belum merdeka, masih menjadi budak jajahan dari kaum koloni Belanda. Dahulu 17 tahun sebelum Indonesia merdeka, para pemuda bersumpah mengakui rasa memiliki mereka terhadap bangsa yang disebut zamrud khatulistiwa ini.


Bangku SD
Bagi sebagian orang 28 Oktober mungkin merupakan hari berbahagia mereka. Katakanlah orang yang memiliki tanggal lahir pada hari tersebut. Hal itulah yang saya alami. Ada-ada saja kejadian pada tanggal tersebut. Saya masih sangat ingat, kala itu saya masih menduduki bangku sekolah dasar. Kebetulan saya  dan 2 teman saya memiliki hari lahir beruntun. 25 si Lia, 26 si Fatiya, dan saya tanggal 28.
Biasanya bulan Oktober bertepatan dengan masa-masa UTS atau pernah pula pas bulan Ramadhan. Saya masih ingat saat itu tanggal 26 Oktober bertepatan dengan bulan Ramadlan. Saya dan teman-teman yang memang hobi keluyuran iseng main ke rumah fatiya. Suasana belakang rumah Fatiya yang sangat sejuk dan bisa menghilangkan penat di siang bolong apalagi puasa Ramadlan. Namanya juga masih anak-anak yang belum tahu hakikat puasa, kami main-main air di sana. Niatan awal hanya pengen guyur di shohibul milad. Saking asyiknya main, hingga kamipun merasa lelah dan tenggorokan menjadi kering. Akhirnya kami malah meminum air tersebut, meskipun sebenarnya air tersebut air mentah, namanya juga masih anak kecil.
Selang 2 hari, saatnya saya yang mendapat giliran untuk dibuat basah kuyup oleh teman-teman sekelas. Kala itu, mungkin hari senin atau selasa kendati memakai seragam merah putih khas SD. Pulang sekolah teman-teman saya sudah bersiap membawa plastik masing-masing. Kemudian mereka dengan serentak mengisinya dengan air di kamar mandi sekolah. Aksi lempar melempar air tak bisa lagi terelakkan. Ternyata tak hanya air yang mereka lempar ke saya, ada pula yang dicampur dengan tanah dan bunga. Baju yang mulanya putih jadi cokelat. Setelah perang air selesai, kami makan bareng snack “rentengan” yang memang menjadi jajanan favorit anak SD waktu itu. Begitulah euforia perayaan ulang tahun anak SD ala kami. Tak perlu pake kue ulang tahun, tak perlu memberikan kado, tak perlu juga pake tumpeng dan segala sesuatu yang biasanya anak-anak minta ketika ulang tahun.

28 Oktober ala Yogyakarta
Yogyakarta, yang menjadi rumah kedua bagiku menyimpan segala kenangan yang susah untuk dilupakan meskipun sedetik saja. terlalu indah untuk dihilangkan saat-saat istimewa di kota istimewa ini. Yogyakarta menjadi saksi bisu jutaan peristiwa penting, baik bagi individu maupun masyarakat luas. Baru-baru ini, Yogyakarta menjadi saksi akhir penantian bahagia putri bungsu keraton Yogyakarta yang mengikat janji suci dengan seorang berasal dari Kudus, Jawa Tengah.  Kisah saya pun berawal di kota Gudeg ini, menjalani pendidikan di kota Yogyakarta, jauh dari keluarga pula membuat saya mencari sekelompok orang yang bisa saya jadikan sandaran dan naungan untuk mencurahkan ganjalan-ganjalan hati. Bertemulah saya dengan teman-teman dari berbagai daerah yang tergabung dalam CSS MoRA [komunitas anak beasiswa dari Kemenag]. Selanjutnya, saya dan teman-teman seangkatan memberikan sebuah nama untuk angkatan kita yang terdiri dari 41 orang. Magma Eleven, itulah nama yang kami sepakati menjadi nama keluarga kami. Berkat usulan seorang teman setelah melakukan voting, nama “Magma Eleven” kami pilih. Magma merupakan kependekan dari Mahasantri Gadjah Mada, sedangkan Eleven mewakili angka 11 yang memjadi tahun angkatan kami memulai menapakkan kaki di Universitas Gadjah Mada.
#Part 1
5 bulan semenjak 3 Juni 2011 aktivitas kuliah menjadi rutinitas kami yang notabene masih layak disebut sebagai “maba” –mahasiswa baru—beradaptasi dengan kehidupan kampus. Pulang kuliah sorepun kami lakukan karena jadwal yang akademik tetapkan tak bisa kami ganggu gugat. Suatu sore di bulan Oktober, tepatnya 28 Oktober 2011 saya kuliah sampai senja. Mata kuliah pendidikan Pancasila memang selalu menawarkan jam kuliah sore.
Saat itu tahun pertama saya di Jogja, saya sadar tanggal itu bertepatan dengan hari lahir saya. Pastinya teman-teman sekos saya tidak akan terima saya melewati hari itu dengan biasa-biasa saja. tanpa saja duga, mereka menyiapkan rencana untuk saya. Hari itu saya pulang maghrib, ketika saya sampai depan kos, pintu terkunci. Berulang kali saya mengetuk pintu, itu bukan ketukan yang pelan menurut saya, mereka sengaja tidak membukakan pintu. Saya pun meminta bantuan temen saya yang sekos juga namun beda kompleks. Dia memberikan tumpangan kepada saya semalam, dia tahu itu memang kerjaan mereka. Dia tidak dikasih tahu trik mereka. Paginya saya bisa masuk kamar kos, walhasil mereka sukses memberikan kejutan kepada saya. Kamar yang sebelumnya rapi dengan segala isinya tertata pada tempatnya diubahnya menjadi kapal pecah.
Perasaan sedih campur kesel berkecamuk jadi satu, seisi almari dikeluarkan semua digantung layaknya toko baju yang habis dipilah pilih oleh pembeli. Kejadian itu bukan menjadi akhir kejutan yang saya dapat, malamnya saya disidang. Tak tahu apa alibi mereka mencari-cari kesalahan saya. Merekapun tak lama menyidang saja, semua berakhir ketika salah satu teman mengguyurku dengan tepung dibarengi dengan air. Luar biasa rencana mereka, saya acungkan 4 jempol untuk mereka. Setelah selesai melakukan aksinya kepada saya, teman yang menampung saya tadi tak lepas dari rencana mereka. Giliran saya untuk berkomplot dengan mereka, dan dia pun kena guyuran tepung pula. Acara guyur mengguyur tepung berlanjut hingga keesokan harinya, dan berakhir ketika semua orang merasakan mandi tepung.

#Part 2
Tahun kedua tak separah tahun pertama. Banyak acara seperti itu sebelum-sebelumnya, jadi tahu gimana trik yang mereka pakai. Siang itu Lika memintaku untuk menemaninya pergi entah mau beli apa (lupa-red). Persekongkolan ternyata mereka lakukan. Sesampainya di kos, saya sudah curiga. Teman-teman pada diam dan tidak menampakkan dirinya. Hanya ada seorang teman di ruang tamu. Ternyata teman yang lain sudah menyalakan lilin di atas sebuah kue. Saya terlalu pintar untuk dapat mereka akali. Saya sudah tahu rencana mereka, saya sengaja tidak masuk kamar karena tahu mereka di dalam. Rasa pengen ketawa mengetahui cara yang mereka pakai. Semuanya terdiam membisu. Hingga akhirnya ketika saya membuka pintu kamr, mereka pun sudah tidak bersemangat. Lilin yang menyala itu telah habis hingga menyatu dengan kue. Sebenarnya tak tega melihat perjuangan mereka saya bayar dengan kekecewaan, tapi mau bagaimana lagi saya bukan tipe orang yang suka dikerjai, lebih suka jadi orang yang mengerjai seseorang. Setelah itu, kami memakan bersama kue itu dan mereka memberikan saya hadiah, lupa pula apa hadiahnya.

#part 3
Memasuki tahun ke-3 Jogja saat itu sangat terik karena kabarnya memang akhir Oktober posisi matahari tepat di atas kota Jogja. Cuaca panas memacu orang untuk selalu minum es, hasilnya tak sedikit yang terkena gejala flu dan batuk. Tak berbeda dengan saya, gejala itu saya alami. Suara saya menghilang secara spontan.  Di tahun ini, kami (Magma Girls) sepakat akan selalu merayakan ulang tahun teman dan memberinya hadiah. Saya tahu pula pasti hari itu berlaku untuk saya. Sore hari setelah selesai Ujian Tengah Semester [UTS] saya hanya bisa berbaring di tempat tidur. Hidung mampet mengakibatkan kepala pusing. Saya paham mereka sudah kumpul di luar, sengaja saya di kamar. Tiba-tiba lampu ruang tamu dimatikan sekalipun sudah gelap. Lagu selamat ulang tahun beriring dengan sebuah kue lengkap dengan lilinnya menghampiriku. Seusai tiup lilin dan memotong kue wajah saya sudah belepotan krim kue. Mereka menghadiahkan saya sepotong kaos panjang. Hadiah tak hanya saya terima dari mereka, salah seorang teman jurusan turut menghadiahkan sebuah figura bersama foto saya dan ucapan ulang tahun kepada saya. Banyak pula teman-teman yang mengirimi ucapan ulang tahun kepada saya baik lewat facebook, Line, Whatsapp, maupun sms.
            Lantunan syukur dan ucapan terima kasih tak hentinya saya sampaikan. Nikmat tak terukur  dan kebahagiaan yang indah mereka berikan kepada saya. Biarkan kenangan ini tak akan saya lupakan. Kekal dalam ingatan. Terima kasih teman-teman atas perhatian kalian...
Saya tidak pernah menghitung materi yang kalian berikan, kebersamaan yang kita bangun sudahlah cukup. Terima kasih keluargaku di Yogyakarta. Semoga doa kalian diijabah oleh Allah SWT, dan Allah memudahkan semua urusan kalian. :*

 “segala kejadian yang kita lalui bersama biarkan indah bersemayam dalam hati, janganlah dihapus dan diganti dengan yang lain”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar